Wednesday, October 28, 2015

menceritakan ketakutan

Rasanya sangat menyebalkan jika kamu harus dihadapkan dengan sesuatu yang itu-itu saja. Apalagi jika sesuatu yang harus kamu hadapi itu adalah sesuatu yang sangat kamu tidak sukai. Sesuatu yang sangat kamu hindari, yang kalau bisa, kamu buang jauh-jauh dari hidupmu. Seperti kamu kubur di dalam tanah, atau dibakar di halaman belakang rumahmu, atau kamu lemparkan ia ke laut supaya hanyut sampai ke daratan sana, tempat segala omong kosong dibuang.

Tapi, hal yang menyebalkan ini tidak dapat aku buang begitu saja. Ia seperti plastik yang sudah tidak dipakai lagi. Kita harus membuangnya, tetapi harus di tempat yang benar karena kalau kita membuangnya ke sembarang tempat seperti contoh di tanah, maka kita akan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menguraikannya. Itu, sepert itu. Seperti itu rasanya ketika aku ingin membuang ketakutanku. Tetapi bedanya, jika plastik masih memiliki tempat yang bisa disebut sebagai pembuangan plastik, maka ketakutanku adalah sebuah atom yang kehadirannya ditolak oleh ribuan atom lain di bimasakti ini lantaran kehadirannya sangat merepotkan.

Itu benar. Ketakutanku sangatlah merepotkan. Ia dapat membuatku tak konsen melakukan apapun di manapun. Ia dapat membuatku jadi aneh, lebih aneh dari biasanya. Ia membuatku berkelana dalam pikiranku sendiri. Aku jadi lebih sering kosong dibuatnya. Ketakutanku seperti dapat mengontrol diriku, melakukan apapun yang ia mau. Dari semua hal yang paling parah di muka bumi ini, aku menobatkan ketakutanku dinomor teratas. Ia pantas mendapatkan penghargaan semacam itu.

Ketakutanku seperti anak kecil yang aku suapi makan setiap hari. Makanan favoritnya adalah kepanikan, kesedihan, kebingungan, dan juga kekhawatiran. Lama kelamaan dia tumbuh dan menjadi tak bisa dikontrol. Sering mengamuk dan mengeluarkan banyak emosi yang mengefek dalam kehidupanku. Jika ketakutan adalah seseorang, aku bersumpah akan melarang 7 keturunanku dan 7 keturunan mereka dan 7 keturunan mereka lagi (dan begitu seterusnya) untuk berkenalan dengannya. 

Ketakutanku seperti mantan pacarmu yang sangat posesif. Terus memelukmu lantaran ia takut bahwa suatu hari kamu akan menyadari kalau ada seseorang di luar sana yang jauh lebih bisa membuatmu senang, dan namanya adalah Bebas. 

Tuesday, October 27, 2015

sepertinya hilang

Pernah tidak dirimu merasakan ada sesuatu yang hilang? Seperti sesuatu yang pernah kau miliki sebelumnya, lalu tiba-tiba lenyap begitu saja. Entah karena dirimu lupa menaruhnya di mana, atau mungkin karena ada seseorang yang mencurinya lantaran Ia iri dan selalu saja iri dengan apa yang kau punya. Tetapi bedanya, yang hilang ini bukanlah suata barang ataupun seseorang. Melebihkan sebuah perasaan, atau imaji, hasil karangan otak besarku yang aneh ini. Sesuatu yang aku tak tahu harus menyebutnya apa selain tidak nyata.

Lalu rasanya membekas ke sekujur tubuh. Seperti sensasi saat kamu menonton film horror di bioskop. Atau ketika kamu memakan es krim yang begitu dingin. Atau keluar dari ruangan dingin dan disambut oleh panasnya sinar matahari yang begitu membara. Rasanya membekas dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuatmu terbiasa kembali. Dan seperti itu pula rasanya kehilangan sebuah imaji, khayalan, atau hal yang tidak nyata ini.

Aku seperti kehilangan sebuah bagian dalam hidupku, lalu aku mencoba optimis dan memasangkannya dengan bagian yang lain. Tetapi tidak cocok. Seperti mengganjal. Rasanya seperti saat kamu salah mengenakan sepatumu, sehingga yang kanan dan kiri jadi berbeda dan tidak berpasangan. Itu dia, seperti itu. Walaupun sepatu itu tetap dapat kamu gunakan, namun sepatunya tidak akan pernah pas. Fungsinya tetap sama, namun akan selalu ada yang kurang. Kamu tetap mempesona memakainya, tetapi akan sedikit membingungkan dirimu, atau kalau sial, orang lainpun juga akan jadi bingung.

Ya, kurang lebih seperti itu rasanya ketika kamu kehilangan sesuatu yang bagaimanapun kamu mencari penggantinya, Ia tidak akan pernah kembali menjadi sempurna seperti sebelumnya lagi. Rasanya tidak enak. Apalagi jika kamu sangat menyadari bahwa butuh waktu yang sangat lama untuk mengembalikan sesuatu yang tidak nyata ini ke dalam hidupmu lagi. Ya, sesuatu yang tidak nyata. Aneh, aku bahkan tidak tahu aku telah kehilangan apa.