Wednesday, February 10, 2016

layaknya atheis dan filsuf

Cinta adalah sebuah gagasan unik yang sayangnya tak lebih dari sekedar dongeng sebelum tidur. Atau sebuah keberuntungan yang dengan sengaja Tuhan sebarkan saat matahari menampakan cahayanya. Cinta tak lebih dari sekedar mimpimu yang entah karena sebab apa, bisa bertemu dengan kenyataan yang ada. Sebuah ekspektasi liar yang kamu izinkan untuk bersarang di pikiranmu. Sebuah halusinasi yang lebih indah dan memabukkan dari obat terlarang manapun. Yang membuatmu terlalu bahagia akibat dopamine yang telah memenuhi seluruh seluk beluk otakmu. Seperti babi yang dihalalkan bagi para Muslim saat waktu terdesak; Cinta adalah suatu imaji haram yang telah kamu adakan karena tekanan yang tak terbantahkan. Tak lebih, dan tak kurang. Hanya lewat, namun tak pernah benar benar ada. Setidaknya, itulah yang aku percaya.

Selayaknya atheis, aku akan selalu menanyakan kebenaran akan eksistensi dari sesuatu yang disebut Cinta itu. Katakanlah aku sembrono, berlebihan, dan kurang bergaul sehingga memiliki pemikiran semacam ini. Mungkin memang itu yang telah terjadi. Tetapi biarkanlah aku menjadi selayaknya seorang filsuf yang tak akan pernah berhenti menanyakan segala sesuatu yang ada di Bimasakti ini. Biarkanlah aku bertanya, tentang sebuah distraksi yang selalu orang bicarakan, yang bisa membuat mereka lupa daratan, dapat melihat ikan terbang dan burung berenang. Biarkanlah aku terus menanyakan kebenaran akan eksistensi dari sesuatu yang disebut Cinta itu. Layaknya mereka, yang seperti tak pernah kehilangan pertanyaan.

No comments:

Post a Comment